Dengan Akurasi Tinggi, Himars Menjadi Senjata Sangat Mematikan
Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi buatan Amerika Serikat telah menjadi bintang dalam beberapa bulan terakhir. Kehebatannya membantu Ukraina melawan invasi Rusia, menjadikannya aset berharga bagi pasukan Ukraina. Senjata canggih ini memungkinkan mereka untuk menyerang target dengan presisi tinggi dari jarak yang aman.
HIMARS, atau High Mobility Artillery Rocket System, adalah sistem roket peluncur ganda (MLRS) canggih yang diproduksi oleh Lockheed Martin di Amerika Serikat.
Lockheed Martin merupakan perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan global terkemuka yang berkantor pusat di Bethesda, Maryland. Perusahaan ini memiliki sejarah panjang dalam merancang, mengembangkan, dan memproduksi berbagai sistem senjata canggih, termasuk MLRS, rudal, pesawat tempur, dan satelit.
Berdasarkan pada sasis truk ringan Family of Medium Tactical Vehicles (FMTV) buatan BAE Systems. BAE Systems adalah perusahaan multinasional Inggris yang bergerak di bidang industri pertahanan, keamanan, dan kedirgantaraan.
Perlu dicatat bahwa meskipun Lockheed Martin adalah produsen utamanya, beberapa komponennya juga dipasok oleh perusahaan lain, seperti BAE Systems dan Northrop Grumman.
Awal Mula Kemunculan Himars
Awal mula kemunculannya, dapat ditelusuri kembali ke tahun 1980-an. Saat itu, Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) mencari sistem roket artileri baru yang lebih mobile dan akurat dibandingkan sistem yang ada pada waktu itu.
Beberapa perusahaan diajak untuk mengajukan proposal, dan pada tahun 1987, Lockheed Martin terpilih untuk mengembangkannya. Sistem ini didasarkan pada peluncur roket M270 Multiple Launch Rocket System (MLRS) yang sudah ada, namun dipasang pada truk militer ringan untuk meningkatkan mobilitasnya.
Pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 2005, selama Perang Irak. Sistem ini terbukti sangat efektif dalam menghancurkan target musuh dengan presisi tinggi, dan dengan cepat menjadi aset berharga bagi militer AS.
Sejak saat itu, telah diekspor ke beberapa negara lain, termasuk Polandia, Rumania, dan Turki. Sistem ini juga telah digunakan dalam berbagai konflik, termasuk Perang Saudara Suriah dan Perang di Ukraina.
